Jumat, 16 Mei 2014

Komunikasi Pendidikan : Dampak dan Pola Komunikasi Dalam Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia sering kali kurang menyadari bahwa segala hal dalam kehidupan keluarga merupakan bagian dari bentuk komunikasi. Komunikasi adalah salah satu alat yang memiliki banyak manfaat dalam sebuah keluarga dan merupakan faktor penting dalam membina hubungan keluarga dan pembentukan karakter anak. Seorang istri harus mengerti cara berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya, juga melakukan komunikasi dengan anak-anak. Komunikasi dalam keluarga tidak hanya dapat di lihat saat berbicara empat mata atau saat berkumpul dengan keluarga, pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu bentuk komunikasi, hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu pasangannya pun harus pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan yang diberikan. Sulit terbayangkan jika kehidupan manusia tanpa komunikasi. Sejak buka mata sampai menutup mata kita selalu berkomunikasi. Baik dengan diri sendiri, antar pribadi dan dengan banyak orang. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki semua makhluk dengan berbagai tingkat kerumitannya-dengan manusia yang memiliki tingkat komplekstitas tertinggi-dianugerahkan oleh Allah, agar semua makhluk itu dapat hidup. Hidup yang kita miliki dan jalani tidak dapat berlangsung tanpa komunikasi.
Hidup seseorang tidak akan pernah lepas dari komunikasi, baik secara sengaja maupun tanpa di sadari. Komunikasi tidak hanya dilakukan saat sedang serius ataupun dalam keadaan santai, tetapi juga dapat dilakukan dengan berolahraga bersama ataupun saat sedang berjalan-jalan dengan pasangan dan anak Anda. Hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat menjaga komunikasi dalam keluarga. Banyak keluarga yang hancur karena kurang memperhatikan faktor komunikasi, seringkali dalam satu keluarga banyak yang sering mengalami perselisihan, baik antara suami istri maupun dengan anak. Hal ini terjadi karena banyak keluarga yang belum memahami dan tidak dapat menggunakan komunikasinya dengan benar.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini.
1.      Bagaimana Pengertian komunikasi ?
2.      Bagaimana Fungsi-Fungsi Komunikasi ?
3.      Bagaimana Karakteristik Tataran Komunikasi ?
4.      Bagaimana Bentuk-bentuk Komunikasi dalam keluarga pada masyarakat sekarang ? (Berdasarkan Pengamatan)

C.    Tujuan
Tanpa adanya komunikasi manusia akan sulit memahami tentang orang lain, khusunya pada kelompok keluarga. Maka dari itu, sangat perlu untuk mendalami makna dan manfaat dari komunikasi. Jadi, tujuan Penulis menyusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Pengertian komunikasi
2.      Agar dapat memahami Beberapa Fungsi komunikasi
3.      Untuk mengetahui Karakteristik Tataran Komunikasi
4.      Supaya mengetahui tentang bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga pada masyarakat sekarang, dan dijadikan bahan perbandingan bagi penulis dan pembaca



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Komunikasi
Secara etimologis komunikasi berasal dari kata “communicare” berarti proses transformasi suatu informasi atau pesan yang disampaikan kepada pihak lain. Sedangkan menurut istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.[1]
Komunikasi di maksudkan untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung, dan komunikasi dapat dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan bahasa yang dipakai oleh komunikator kepada komunikan sehingga apa yang di inginkan oleh komunikator dapat di mengerti oleh komunikan, serta memberikan dampak kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia, seperti yang di kemukakan oleh Waltzlawick, Beavin, dan Jackson “You cannot not communicate” yang artinya ”anda tidak dapat tidak berkomunikasi” (Mulyana 2000:54)[2]
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik secara perorangan, kelompok, atau organisasi.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa menghindar dari tindakan komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari dan ke orang lain. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupannya. Prosesnya berlangsung dalam berbagai konteks baik fisik, psikologis, maupun sosial, karena proses komunikasi tidak terjadi pada sebuah ruang kosong. Pelaku proses komunikasi adalah manusia yang selalu bergerak dinamis. Komunikasi menjadi penting karena fungsi yang bisa dirasakan oleh pelaku komunikasi tersebut. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya tidak merasa terasing atau terisolasi dari lingkungan di sekitarnya.
B.     Fungsi-Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu adalah sebagai makluk social, di antara yang dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi yang timbalk balik. Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa terdapat beberapa fungsi komunikasi yaitu :
1. Menginformasikan (to inform)
Memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educated)
Komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
Komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influence)
Mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran  komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.[3]
Sedangkan menurut William I Gordon  Fungsi Komunikasi adalah :
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan. Komunikasi sosial penting untuk:
  1. Konsep diri, yaitu pandangan kita mengenai siapa diri kita sendiri dan itu hanya bisa kita peroleh melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
  2. Eksistensi diri.  Dengan berkomunikasi, kita dapat menunjukkan eksistensi diri kita atau aktualisasi diri.
  3. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendirian maupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan atau emosi kita. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain. Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non verbal.
3. Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, antara lain menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur.[4]
Pendapat para ahli tersebut memberikan Pengertian bahwa fungsi komunikasi tidak hanya sekedar memberikan informasi, ide melalui ucapan kepada orang lain, tetapi juga sebagai alat untuk memperbaiki hubungan dan perbuatan setiap indivu kearah yang lebih bermanfaat, serta dapat mempengaruhi pikiran dan sikap manusia bahkan kelompok sosial masyarakat lain.
C.    Karakteristik Tataran Komunikasi
Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoretis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita gunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.
Dilihat dari jumlahnya, komunikator atau komunikan dapat dibedakan atas satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau organisasi), dan massa. Maka berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk antarpribadi, kelompok, organisasi, massa dan antarbudaya. Namun, sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam diri komunikator, yang kita sebut komunikasi intrapribadi. Penggolongan berdasarkan hal ini kita sebut tataran komunikasi. Berikut ini adalah pembahasannya:
 1.      Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communications)
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Setiap pribadi bertanya kepada diri sendiri, “Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?” Dalam komunikasi intrapribadi, seseorang bertindak sebagai komunikator dan sekaligus komunikan. Komunikasi intrapribadi merupakan dasar komunikasi antarpribadi. Ketika berbicara dengan orang lain, sesungguhnya  orang tersebut telah merampungkan suatu proses berkomu-nikasi dengan diri sendiri, “Apa yang ingin saya tanyakan? Pesan apa yang akan saya sampaikan? Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya?” Proses ini berlangsung dengan cepat, hampir tanpa disadari, kecuali ketika Manusia pertama kali belajar berbicara atau pertama kali menggunakan bahasa asing yang belum terlalu di kuasai. Dengan selesainya komunikasi intrapribadi, di mana manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesannya, maka hal ini masuk pada tataran komunikasi antarpribadi.
2.      Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communications)
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam kon-teks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (nonmedia massa), seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya, pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog, walaupun dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal, serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif.
3.      Komunikasi Kelompok (group communications)
Apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antar anggotanya. Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antarkomunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil misalnya adalah pertemuan, rapat, dan lainlain. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antarpribadi, sehingga teori komunikasi antarpribadi juga berlaku di sini. Umpan balik dapat diterima dengan segera, menentukan penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga antarkelompok.
4.      Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antarorganisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, komunikasi intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya.
5.      Komunikasi Massa
Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antarkomunikan relatif tidak saling kenal secara pribadi, anonim, dan sangat heterogen. Komunikator dapat berbentuk organisasi (misal, tim redaksi, atau LSM yang menyatakan protes terhadap sesuatu). Pesan pesannya relatif bersifat umum, disampaikan secara serentak dan sangat terstruktur. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda. Komunikator cenderung sulit mengetahui umpan balik komunikan dengan segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus dilakukan survei atau penelitian. Di dalam komunikasi massa terjadi pula komunikasi organisasi, komunikasi kelompok besar atau pun kecil, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi intrapribadi.
6.      Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication)
Komunikasi antarbudaya terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain. Definisi lain bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antarbudaya menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi apabila terdapat dua budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.










BAB III
HASIL PENGAMATAN
A.    Bentuk-bentuk dan dampak Komunikasi Dalam Keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai- nilai kebijakan pada anak sangat tergantung pada pola komunikasi yang dilakukan orang tua dengan anaknya. Berdasarkan pengamatan Penulis, terdapat beberapa macam pola komunikasi keluarga yang terjadi dalam masyarakat yaitu :
1.      Pola komunikasi otoriter , yaitu mempunyai ciri, kekuasan orang tua dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak tidak patuh, sering terjadi pemukulan atau kekerasan pada anak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pada pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, ataupun penelantaran rumah tangga.
a.       Kekerasan fisik. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau terluka berat.
b.      Kekerasan psikis. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
c.       Kekerasan seksual. Kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang dalam lingkup rumah tangga untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu.
d.      Penelantaran rumah tangga. Penelantaran rumah tangga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk bekerja sehingga korban berada di bawah kendali pelaku.[5]
2.      Pola komunikasi demokratis, komunikasi berbentuk kerjasama antara orang tua-anak, anak di akui sebgai pribadi, ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, kontrol orang tua tidak kaku.
Pola demokratis ini, memberikan dampak positif bagi pembentukan karakter anak hingga dewasa. Beberapa dampak positif tersebut yaitu :
a.       Anak memiliki sikap selalu menghargai orang lain
b.      Anak sudah mampu bersikap mandiri dalam mendapatkan hal yang menjadi keinginginannya
c.       Anak mempunyai ketegasan dalam mengambil keputusan
d.      Anak merasa termotivasi dalam berkreasi, dan
e.       Kestabilan kecerdasan anak selalu terjaga
3.      Pola Komunikasi permisif, mempunyai ciri, dominasi oleh anak, sikap longgar atau kebebasan dari orangt tua, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang.
Pengabaian orang tua terhadap anak sering ditemui pada masyarakat sekrang ini. Orang tua tidak lagi memiliki rasa kepedulian kepada anak. Sikap acuh tak acuh orang tua dengan anak tidak hanya terjadi di kalangan keluarga ekonomi lemah, tapi juga banyak terjadi pada kalangan orang-orang yang memiliki harta dan jabatan. Sebenarnya, Penyikasaan bukan saja dengan kekrasan fisik, akan tetapi pengabaian juga akan dirasakan oleh anak sebagai penyiksaan bagi pikiran dan jiwa mereka. Akibat dari pengabaian ini, Terdapat beberapa masalah yang di alami anak yaitu :
a.       Anak merasa kesepian akibat kurangnya perhatian orang tua
b.      Anak merasa kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain
c.       Anak cenderung suka menyendiri
d.      Motivasi diri berkurang, akibatnya prestasi menurun
e.       Depresi dan Mudah merasa emosi yang berlebihan
f.       Anak dominan memiliki sikap buruk
g.      Selalu punya persepsi negativ terhadap kahidupan

B.     Solusi
Beberapa perkara penting yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan komunikasi dalam keluarga :
1.      Berkomunikasilah di atas dasar Cinta kasih. Komunikasi yang didasari oleh rasa cinta kasih akan lebih menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan jauh dari ketegangan serta kegelisahan.
2.      Melayani anak sepenuh hati. Sikap kepedulian ini akan membuat anak merasa dibutuhkan, dihargai, dan dianggap penting dalam keluarga.  sehingga menjaga keutuhan dan menambah rasa cinta anak terhadap orang tua.
3.      Cerdas dalam menempatkan sikap dan perasaan, Setiap perkara itu ada masa dan situasi yang paling tepat.
4.      Menghidupkan sikap-sikap keagamaan dalam keluarga, dan
5.      Selalu berpikir positif










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Komunikasi adalah kunci kesuksesan keluarga, hal ini dapat dibenarkan sejauh komunikasi dilakukan secara kontinyu dan dipelihara dengan baik. Komunikasi bukan secara otomatis memberi kontribusi bagi kesuksesan keluarga. Yang pasti komunikasi dapat menjadi terapi untuk terbangunnya kepribadian yang sehat. Tapi sebaliknya, buruknya komunikasi antar anggota keluarga menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan jati diri seseorang dan sosialisasi dirinya. Apabila keluarga masih dipercaya sebagai institusi yang sangat berpengaruh bagi pembentukan pribadi maka rusaknya komunikasi dalam keluarga pastilah menghancurkan potensi kesuksesan seseorang.
B.     Saran
Tujuan komunikasi yang paling utama adalah untuk mendidik anak agar bisa memiliki karakter dan kepribadian yang baik juga bermanfaat bagi diri anak, orang tua, dan orang lain. Oleh karena itu, sebagai orang perlu menyadari serta memamahi hakikat komunikasi dengan baik. Akhirnya, Penulis berharap semoga tulisan ini membawa manfaat bagi pembaca.












Hadits Tarbawi : Tanggung Jawab Terhadap Diri sendiri, Negara dan Keluarga




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya."(Sahih Bukhari)
Dalam sejarah  kehidupan manusia, telah muncul istilah kepemimpinan sejak Nabi Adam di turunkan kemuka bumi ini. pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Begitu juga sejak awal agama islam berkembang, Nabi Muhammad selain sebagai  seorang utusan Rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran agama islam tetapi juga seorang kepala negara dan kepala rumah tangga. paling tidak dalam catatan sejarah kenabian yang terdokumentasi dalam hadits-hadits yang tetap terjaga dan masih bisa digunakan sampai saat ini, Nabi memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin menyelesaikan persoalan-persoalan pribadi maupun sosial kemasyarakatan berdasarkan musyawarah untuk tercapainya kemaslahatan.
“Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya” .Meskipun yang di pimpin hanyalah diri sendiri tetap akan di minta pertanggung jawaban nantinya dan setiap pemimpin itu adalah pelayan masyarakat karena ia harus memenuhi segalanya apa yang di inginkan rakyat dalam hal kebaikan bersama dan rakyatpun mempunyai keterbatasan dalam hal mematuhi pemimpin.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut penulis merumuskan masalah yaitu sebagai berikut :

1.      Bagaimana tanggung jawab terhadap diri sendiri?
2.      Bagaimana tanggung jawab pemimpin Negara?
3.      Bagaimana tanggung jawab terhadap keluarga?











BAB II

PEMBAHASAN

حديث عبد الله بن عمر رضي الله عنه أنّ رسول الله صـلىّ الله عليه وسـلّم : كـلّـكم راع وكـلّـكم مسئول عن رعيـّته فـالأمير اللذي عـلى النّـاس راع وهو مسئول عنهم والـرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمراة راعية على بيت بعلـهـا وولده وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مـال سـيّده وهو مسئول عنه , على فـكـلّـكم راع وكـلّـكم مسئول عن رعـيّته ( أخرجه الـبخـاري)
Artinya:
" Abdullah Ibn Umar berkata bahwa rasulullah SAW telah bersabda "kalian semua adalah pemeimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya seorang pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya, suami pemimpin keluarganya dan akan ditanya tentang keluarga yang dipimpinya, isteri memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan ditanya akan hal yang dipimpinya, seorang hamba (buruh) memelihara harta milik majikanya dan akan ditanya tentang pemeliharaanya, camkanlah bahwa kalian semua pemimpin dan akan dituntut (dimintai pertanggung jawaban) tentang hal-hal yang dipimpinya".(Hadith riwayat Imam Bukhori)
A.    Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Setiap manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan  memiliki resiko yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas. Dengan demikian, setiap orang islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik dan segala tindakannya tanpa di dasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu. Maka dari itu setiap manusia memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dapat memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk yang memiliki rmoral, tetapi manusia juga merupakan makhluk yang pribadi. Makhluk pribadi adalah manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri, dan sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak. Tanggung jawab terhadap diri sendiri di antaranya, jujur terhadap diri sendiri, menjaga kesehatan dan kesejahtraan mental dan fisik, menjaga keseimbangan hidup, mengenali kekuatan  dan kelemahan diri, menilai diri secara rutin, tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak diri sendiri, menjaga seluruh yang terdapat dalam diri, serta menggunkan anggota tubuh sesuai dengan kegunaannya.

B.     Tanggung Jawab Pemimpin Negara
Seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyat dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat, maka ia harus bisa menjaga dan melaksanakan amanat tersebut, jika tidak ia tidak akan merasakan harumnya surga, apalagi merasakan kenikmatan menjadi penghuni surga.
حـديث معقـل بن يسـار عن الحسـن أنّ عبيد الله بن زيـاد عـاد معقل بن يستار في مـرضه الّذي مـات فيه , فقـال له معقل : اني محـدّثك حـديثـا سمعته من رسـول الله صـلي الله عليه وسـلّم . سمعت رسـول الله صـلي الله عليه وسـلّم يقول : مـامن عبد استرعـاه الله رعـيّة فـلم يحـطّهـا بنصيحة الاّ لم يجـد رائحة الجـنّة ( أخرجه البـخـاري في كتب الأحـكـام, بـاب من استرعي رعـيّة فـلم ينصـح )
Artinya: Al-hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma'qal ibn Yasar R.A ketika ia sakit yang menyebabkan kematianya, maka Ma'qal berkata kepada Ubaidilah Ibn Ziyad "aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadith yang telah aku dengar dari Rasulullah SAW, aku mendengar nabi bersabda: tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik maka Allah tidak akan merasakan kepadanya harumnya surga. (dikeluarkan oleh imam Bukhori dalam kitab Hukum bab orang yang diberi amanat kepemimpinan).[1]
Seorang pemimpin bukanlah manusia yang bebas berbuat dan memaksakan kehendaknya dan kemauanya terhadap masyarakat, tetapi seorang pemimpin adalah orang yang bisa mengayomi masyarakat, bisa memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat sebagaimana Firman Allah SWT:
واحـفض جنـاحك لمن اتبعـك من المؤمنين (الشعـراء : 215)
Artinya : Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dan kaum mukminin (Al-Syuara' : 215).

Seorang pemimpin wajib memiliki hati yang melayani atau akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Oleh karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa ataupun organisasi yang dipimpin, baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti.
Dalam Al-quran Surat Ash-Shoffat ayat 22 sampai 24 mengisyaratkan tentang pemimpin akan dimintai pertanggungan jawaban di akhirat nanti. Firman Allah SWT yang artinya: “(Kepada para malaikat diperintahkan): ‘Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman sejawat mereka dan sembah-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena sesungguhnya mereka akan ditanya (dimintai pertanggung jawaban).”
Terdapat sebuah riwayat tentang ungkapan Umar bin Khatab r.a mengenai besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhirat nanti. Beliau r.a berkata “ Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggung jawabannya, seraya ditanya: Mengapa tidak meratakan jalan untuknya?”
Dalil ini menggambarkan betapa sulitnya menjadi seorang pemimpin, sebab pemimpin harus mempertanggung jawabkan semua yang di pimpin. Dan seorang pemimpin akan di mintai pertanggungan jawab tentang semua perbuatan yang di pimpin dan pengaruh serta akibat dari perbuatan tersebut. Allah SWT berfirman (yang artinya): “Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (QS Yaasiin: 12)
Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuat oleh seseorang akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh, kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam Surat An-Nahl: 25 (yang artinya): “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebagian dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
Pada prinsipnya tanggung jawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 Surat Al-An’am (yang artinya): “Dan tidaklah seseorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” Demikian pula dalam Surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan (yang artinya): “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas perilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang mukmin, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At-Tahrim: 6) Sebagaimana juga ditegaskan oleh Rasululah saw: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah atas semua perbuatannya, disamping seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruk nya perilaku dan keadaan rakyat tergantung kepada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilih seorang pemimpin. Bila mereka memilih pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas sehingga kelak pemimpin itu membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan, rakyat juga dibebani pertanggung jawaban itu tersebut.
Dalam ajaran islam nasib yang akan dialami oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab di antaranya Mereka tidak akan diterima shalatnya oleh Allah. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu. Pemimpin yang tidak bertanggungjawab itu diancam 2 kali lipat siksaan rakyat yang mereka pimpin.
Pemimpin yang bertanggung jawab harus dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya secara merata. Selain mewujudkan kemakmuran, pemimpin juga dituntut mampu berbuat adil dan merata di berbagai sektor kehidupan seperti keamanan, ekonomi, pembangunan, kesehatan, sumber daya manusia dan alam, dan juga pemerataan hasil-hasil pembangunan negara. Terlebih terhadap hukum dan perundang-undangan. Siapa pun yang terbukti bersalah sudah sepantasnya dihukum. Tak peduli ia dari golongan rakyat kecil, pejabat negara atau orang-orang yang memiliki kedudukan penting mendapat perlakuan yang sama.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran, karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah : 8).
Pemimpin yang adil merupakan orang yang paling dicintai Allah sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW : “Orang yang paling dicintai Allah pada hari Kiamat dan paling dekat tempat duduk daripadaNya adalah pemimpin yang adil, dan orang yang paling dibenci oleh Allah dan orang yang paling jauh daripadaNya adalah pemimpin yang menyeleweng.” (HR. Tirmidzi).
Setiap pemimpin negara pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Tak hanya oleh rakyat saja, tetapi juga dihadapan Tuhannya kelak. Konsekuensi demikian timbul saat ia mengucapkan janji atau sumpah pada acara pelantikan jabatan. Itu semua disaksikan oleh rakyat dan atas nama Tuhan dengan kitab suci, sesuai agama dan keyakinan yang bersangkutan.
C.    Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Setiap muslim wajib bertanggung jawab terhadap keluarganya, suami memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak istri dan anak-anaknya, begitupun sebaliknya seorang istri mempunya keharusan untuk memelihara suami dan anak-anaknya. Islam memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yang demikian inilah yang akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga sebagaimana perintah Allah :

                                                           يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَ
ةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS at-Tahrim : 6 )
Seorang suami wajib melindungi, memelihara dan menjaga keluarganya dengan pendidikan dan akhlak yang mulia serta memberi nafkah. Nafkah  yaitu harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan anak-anaknya berupa makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah seperti ini adalah kewajiban suami berdasarkan dalil Al Quran.
Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf” (QS. Al Baqarah: 233).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bapak dari si anak punya kewajiban dengan cara yang ma’ruf (baik) memberi nafkah pada ibu si anak, termasuk pula dalam hal pakaian. Yang dimaksud dengan cara yang ma’ruf adalah dengan memperhatikan kebiasaan masyarakatnya tanpa bersikap berlebih-lebihan dan tidak pula pelit. Hendaklah ia memberi nafkah sesuai kemampuannya dan yang mudah untuknya, serta bersikap pertengahan dan hemat” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 375).
Seorang istri juga mempunyai keharusan untuk menjaga suami dan anak-anaknya dari hal-hal yang melanggar syariat islam, serta memelihara harta dan kehormatan keluarga sebagaimana yang di ajarkan oleh agama islam.














BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setiap manusia yang hidup disebut sebagai pemimpin. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada rakyat yang dipimpinnya. Akan tetapi, tanggung jawab tidak hanya semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung jawab adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin.

B.     Saran

Sebagai manusia wajib menyadari bahwa semua yang terdapat dalam diri sendiri serta yang berhubungan dengan diri sendiri seperti lingkungan dan dampak dari setiap perbuatan, semuanya merupakan milik Allah SWT. Yang hanya di titipkan sebagai alat untuk mencari kebahagiaan yang hakiki. Semuanya akan kembali kepada Tuhan yang maha pencipta, dan setiap titipan tersebut akan di mintakan pertanggumgjawaban di akhirat nanti.




[1] syafe’i, Rachmat.2000. Al-Hadits. Bandungr:  Setia Pustaka, hal 138


Psikologi Pendidikan : Karakteristik Kepribadian Guru

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU


A.       Konsep Kepribadian Guru
Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain (Slamet Yusuf:37). Kepribadian itu bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak membiasakan percaya pada diri sendiri. Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat. 
B.     Guru
Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam UU Sisdiknas 2003 bab XI Pasal 40 ayat 2b yang di maksud Guru adalah Pendidik professional yang wajib memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan.[1]
Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mengarahkan dan membimbing seorang anak kearah perkembangan potensi pribadi secara optimal baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru memiliki peran untuk  mengembangkan potensi tersebut secara seimbang sampai pada tingkat yang setinggi mungkin. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai melalui proses. Mengenai masalah proses pendidikan guru adalah pendidik yang merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Guru sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan peserta didik, serta mencerdaskan bangsa, menghasilkan orang-orang yang berpengaruh bagi bangsa dan negara.
Mengetahui besarnya pengaruh dan peran guru dalam setiap usaha pendidikan, maka sudah seharusnya profesi guru dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar professional, berkompetensi dibidang guru, dan benar-benar memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para peserta didik, tentunya telah mengikuti pendidikan menjadi guru serta berpengalaman dalam persoalan mengajar, berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta, ranah rasa dan karsa.
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.[2]

C.    Kepribadian Guru
Mengenai pentingnya kepribadian guru, menurut Profesor Zakiah Daradjat, Kepribadian yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan jadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).[3]
Istilah kepribadian dalam ilmu psikologi mempunyai pengertian sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu personality. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Ngainun Naim bahwa kata personality mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dari orang lain. Antara satu psikolog dengan psikolog lain memiliki definisi yang berbeda-beda tentang kepribadian.
Dalam hal ini Zakiah Daradjat memberikan solusi, bahwa sebaiknya memandang kepribadian itu dari segi integritasnya. Sebab kepribadian terpadu itu akan dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, karena segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang dan serasi. Pikirannya mampu bekerja dengan tenang, setiap masalah dapat dihadapi secara obyektif, artinya tidak dikaitkan dengan prasangka atau emosi yang tidak menyenangkan.
Menurut Witherington kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan sebagaimana yang tampak pada orang lain. Menurutnya kepribadian tersebut bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan kultural.
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, cara bergaul, baik yang ringan maupun yang berat.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru; (2) dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru; (3) arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (4) berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan, inspirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta didik.
Kepribadian guru dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Peserta didik akan merasa senang mengikuti pembelajaran jika gurunya menyenangkan. Suasana menyenangkan yang dirasakan oleh peserta didik akan memperlancar proses pembelajaran, hal tersebut memberi andil yang sangat besar terhadap tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya, dan keberhasilan pendidikan pada umumnya. Oleh karena itu, menumbuhkan minat peserta didik dalam pembelajaran adalah suatu keputusan yang sangat penting dan tepat.

D.    Karakteristik Kepribadian Guru
1.      Fleksibilitas Kognitif Guru
Fleksibilitas kognitif ( keluwesan ranah cipta ) merupakan kemampuan berpikir luas dan memadai dalam situasi tertentu. Kebalikanya adalah frigditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurang mampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Guru yang fleksibel pada umunya di tandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan ) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang di pusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu (Heger & Kaye,1990).
2.      Keterbukaan Psikologis Pribadi Guru
Guru yang terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antar lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja, Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping itu ia juga memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosionalnya dan perasaan tertentu orang lain (Reber,1988). Contohnya jika seorang muridnya di ketahui sedang mengalami kemalangan, maka ia turut bersedih dan menunjukan simpati serta berusaha memberi jalan keluar. Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Keterbukaan psikologis juga di perlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.
Sifat-sifat yang harus dimiliki Guru :
Ada 2 sifat yang wajib dimiliki seorang guru, Profesional (1), dan Berakhlak Mulia (2).
a.)       Profesional diantaranya, seorang guru memiliki pengalaman pendidikan dan pelatihan menjadi seorang yang ahli dibidang profesi guru, dan merasa bertanggung jawab dibidang guru.
b.)       Berakhlak Mulia diantaranya :
1.      Ikhlas dalam menyampaikan ilmu
Guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Seorang guru haruslah mempunyai niat yang ikhlas dalam memberikan didikan dan ajaran kepada anak didik. Dengan sifat ikhlas seorang guru akan selalu terjaga dari perbuatan buruk.
2.      Jujur
Hendaknya guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu ialah menerapkan anjurannya itu pertama-tama pada dirinya sendiri. Jika ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka para pelajar akan mudah meniru dan mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuataannya. Tetapi jika perbuatannya bertentangan dengan seruannya, maka pada para pelajar timbul keengganan mengamalkan apa yang diucapkan gurunya.
3.      Amanah
Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjalankan profesinya. Seorang guru diharapkan untuk selalu dapat menjaga amanah dalam memberikan pelajaran dan didikan kepada anak didik. Allah Swt berfirman dalam Al qur’an surah An-nisa ayat 58, Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
4.      Wajib menyampaikan ilmunya
Guru diwajibkan untuk menyampaikan ilmu yang dia miliki karena sesungguhnya kewajiban guru terhadap anak didik salah satunya adalah menyampaikan ilmu.
5.      Cerdas
Seorang guru tidak hanya hanya dituntut untuk pintar tetapi juga guru harus memiliki kecerdasan dalam memberikan pelajaran kepada anak didik.
6.      Rajin menambah dam memperbaharui ilmu pengetahuan
Seiring dengan perkembangan zaman guru dituntut untuk selalu memperbaharui ilmu yang dia miliki karena ilmu pada zaman sekarang sudah banyak mengalami perkembangan dan pembaharuan. Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk terus mengkajinya. Kita melihat, bagaimana Allah memerintahkan kepada para pengikut Rasul supaya menjadi orang-orang Rabbaniyyin dengan mempelajari Al-Kitab dan mengajarkannya.
7.      Tawadu’ (Rendah hati) dan Berani
Seorang guru dituntut untuk memiliki ketawad’an dan keberanian dalam menghadapi para peserta didik. Guru tidak boleh takut dalam mengambil suatu tindakan. Guru harus bisa mengambil suatu tindakan yang bijaksana dalam memecahkan suatu perkara ataupun masalah tanpa harus harus merasa takut ataupun tertekan. Sebagaimana dalam al qur ‘an suroh al baqaroh ayat 150, Artinya: Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
8.      Sabar
Dalam menghadapi anak didik, guru senantiasa dituntut untuk dapat bersifat sabar kepada anak didik. Karena sesungguhnya siswa memiliki kepribadian yang beraneka ragam. Oleh sebab itu guru harus sabar dalam mendidiknya. Islam menganjurkan untuk selalu berbuat sabar sebagaimana dalam Al qur’an surah Al baqoroh ayat 153, Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
9.      Menjadi Tauladan
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan Agama, norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.
10.  Qana’ah
Memiliki sifat selalu bersyukur, Qana,ah merupakan sifat yang sudah seharusnya ditanamkan dalam diri seorang yang menjadi guru, sebab sifat qana’ah salah satu sifat yang dapat mendorong seorang guru lebih merasa bertanggung jawab dengan profesinya.



REFERENSI
Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, CV Bintang Selatan, 1989
Danim Sudarwan, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, ALFABETA, Bandung, 2010
Daradjat Zakiah, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2010



[1]  Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan (Cet. 16, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), h. 222
[2] Danim Sudarwan, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru (Cet. 2. Bandung: ALFABETA, 2010) h. 17
[3] Ibid, h. 225